SMA SJ art school, sekolah musik yang bisa dikatakan terkenal di
Korea Selatan. Shin HaRa seorang gadis yang berasal dari keluarga
sederhana berhasil menembus SJ art school karna kemampuannya membuat
lagu. Kemampuannya tidak diragukan lagi ketika ia masuk ke kelas
unggulan pada penaikkan kelas 2 SMA.
HaRa sulit sekali bersosialisasi, terlalu tertutup dan terkesan aneh karna terlalu pendiam.
"Selamat pagi anak-anak." Ucap Park HyunRa yang adalah wali kelas,kelas unggulan.
“Pagi buu." Semua murid serempak.
"Tahun
ini, sekolah kita kembali dipercaya untuk mengikuti olimpiade tingkat
nasional SMA musik. Sekolah sudah memilih 1 kelompok yang beranggotakan 3
anak untuk mengikuti olimpiade tersebut." Ujar HyunRa
Semua
murid berharap menjadi satu dari 3 anak yang mengikuti olimpiade
tersebut, kecuali HaRa yang tidak memiliki keberanian untuk mengikuti
olimpiade tersebut.
"Anak yang mengikuti olimpiade tersebut
adalah Shin HaRa, Lee Donghae,dan Lee Hyuk Jae. Shin HaRa karna
kemampuannya menulis lagu. Dan olimpiade ini mengharuskan peserta
menyanyikan lagu ciptaan sendiri, entah itu ciptaan bersama atau
individu. Sedangkan Lee Donghae dipilih karna permainan piaononya yang
beberapa kali memenangkan perlombaan. Dan Lee Hyuk Jae dipilih karna
dialah pemain gitar yang memiliki nilai paling tinggi di mata semua
guru. Dan kalian diberi waktu sebulan untuk berlatih dimulai dari
sekarang. Nah, untuk kalian bertiga jangan membuat sekolah kecewa, karna
cukup tahun kemarin, sekolah kita tidak menjadi pemenang." Jelas HyunRa
panjang lebar.
HaRa hanya bisa bernafas berat dan melirik Donghae yang terlihat biasa saja, sementara Hyuk Jae yang terlihat sangat senang.
****
Hening...
Sejak
mereka berkumpul di studio musik milik Donghae tidak ada yang bersuara,
mereka hanya duduk dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Hei, apa kita hanya berdiam terus? Kita harus memulai dari mana?" Tanya Hyuk Jae yang menghancurkan keheningan.
"Mana lagu yang kau pilih?" Donghae mulai bersuara.
HaRa memberikan kertas lagu yang ia tulis. Hyuk Jae dan Donghae milihat lagu yang HaRa buat.
"Judulnya Daydream, mengapa liriknya sedih sekali?" Tanya Hyuk Jae.
HaRa hanya diam.
"Sudahlah ayo kita mulai." Ajak Donghae.
Donghae dan Hyuk Jae mulai mempalajari not-not lagu Daydream.
"HaRa ayo mulai bernyanyi." Ucap Hyuk Jae.
HaRa hanya bisa menunduk dan tidak melakukan perkataan Hyuk Jae.
"Sampai kapan kau terus diam? Ayo keluarkan suaramu!" Donghae mulai kesal.
HaRa tidak menjawab dan terus diam. HaRa sangat malu dan takut mengeluarkan suaranya.
"Dari tadi kau hanya diam dan diam! Lalu kapan kita latihan?! Ah sudahlah aku pulang!" Donghae geram dan pergi dari studio.
Hyuk
Jae mendekati HaRa yang duduk dan sambil menunduk menangis. "HaRa,
jangan diambil hati ya. Kalau kita latihan kau harus mengeluarkan
suaramu ya, agar Donghae tidak marah lagi." Kata Hyuk Jae dengan lembut.
HaRa mengangguk pelan.
****
Hari ke hari, HaRa belum juga belum mau bernyanyi.
"HaRa, ayolah bernyanyi. Waktu kita latihan sebentar lagi, tidak terasa kita akan tampil." Bujuk Hyuk Jae.
HaRa masih diam dan menundukkan kepalanya.
"Kau bisu?!!! Mengeluarkan suaramu saja kau sangat sulit!!" Bentak Donghae.
"Donghae sudahlah, jangan biacara terlalu kasar." Hyuk Jae berusaha meredakan amarah Donghae.
"Kalau seperti ini terus bagaimana bisa kita menang?!" Pekik Donghae.
HaRa hanya bisa menangis, HaRa berusaha agar mereka tidak mengetahui bahwa ia menangis.
"Maaf, aku terlalu takut untuk bernyanyi di hadapanmu Lee Donghae." Bisik HaRa dalam hatinya.
"Kita
tidak perlu latihan lagi, jika dia masih tidak mau membuka mulutnya!"
Ucap Donghae dengan kesalnya, membanting pintu lalu pergi.
"Kau jangan seperti ini! Donghae! Lee Donghae!" Hyuk Jae mencoba menahan Donghae, tapi gagal.
Hyuk Jae menggaruk-garuk kepalanya dengan kencang walaupun tidak gatal, ia benar-benar frustasi.
"HaRa, kumohon jangan seperti ini." Pinta Hyuk Jae dengan lemas.
"Aku harus pulang." Ucap HaRa lalu beranjak pergi.
"HaRa, kumohon HaRa." Hyuk Jae masih meminta.
"Aku akan mencobanya besok." Jawab HaRa lalu pergi.
"Yess! HaRa kutunggu besok." Teriak Hyuk Jae dengan senangnya.
Hyuk Jae langsung menghubungi Donghae, dan memberi tau bahwa HaRa sudah mau.
****
"HaRa,
ayo bernyanyi." Hyuk Jae mulai gelisah karna HaRa belum juga mau
menyanyi. Hyuk Jae juga melihat Donghae yang sudah sangat tidak bisa
menahan emosinya lagi.
"Kau ini memang benar bisu?! Kalo kau
tidak mau mengeluarkan suaramu, lalu untuk apa kau bilang akan
mencobanya hari ini? Hah?!!" Bentak Donghae.
"HaRa, kumohon bernyanyilah." Pinta Hyuk Jae dengan lemas.
HaRa mulai memegang mike, memejamkan matanya dan menarik nafas panjang.
"HaRa beranikan dirimu!" Ucap HaRa dalam hatinya.
"HaRa akan mulai bernyanyi. Baiklah kita mulai." Kata Hyuk Jae dengan riangnya.
HaRa mulai bernyanyi.
“Nan
meomunda (Meomunda) Nan meomunda (Meomunda) Saranghaettdeon
gieogdeurinareul gajigo nonda Dasi han beon one more time Ireohge
ggeutnandani mideulsuga eomneun galyo Gojag ijeongdoro [Kyuhyun] (Geu su
manhattdeonyagsogdeureun) eoddeohge eoddeohge...”
"Wuahhhhhhh. HaRa suaramu bagus sekali!" Puji Hyuk Jae sambil bertepuk tangan riang.
HaRa hanya tersenyum simpul.
"Kau
bernyanyi seakan-seakan telah latihan lama dengan kami. Kau hebat HaRa.
Benarkan Donghae?" Hyuk Jae menyenggol pelan lengan Donghae.
"Kita latihan sekali lagi." Ucap Donghae tanpa menggubris Hyuk Jae.
Urin
kyumo-do chego skill-do chegomwodeunji chego animyeon andwae Super
Junior-neun wonrae maen jaman ppajinireum hamyeo himsen tori Superman.
Ponsel Hyuk Jae berdering tanda telepon.
"Ah tunggu ya, ibuku menelepon." Ucap Hyuk Jae lalu mengangkat telepon.
"...baiklah, aku akan segera pulang." Hyuk Jae selesai bertelepon.
"Ada apa?" Tanya Donghae.
"Ibu menyuruhku menjemput ayah di kantor." Jawab Hyuk Jae.
"Pergilah. Hati-hati di luar hujan sangat deras."
"Okey. Besok kita berlatih lagi. HaRa aku pulang duluan." Hyuk Jae pamit lalu pergi.
Kini tinggal HaRa dan Donghae di dalam studio.
"Tunggulah sampai hujan reda baru kau pulang." Ucap Donghae.
HaRa mengangguk pelan.
"Kenapa kau selalu memakai jaket? Entah musim apapun itu. Kau seperti orang yang sakit-sakitan." Donghae asal bicara.
"Aku suka memakai jaket." Jawab HaRa.
"Oh ya, lagu itu kau ciptakan untuk siapa?"
"Bukan untuk siapa-siapa."
"Tapi
mengapa liriknya begitu menyedihkan. Aku yakin kau membuat lagu itu
tidak asal membuat. Apa itu pengalaman pribadi?" Donghae masih
penasaran.
"Kau tidak perlu tau."
"Ish kau ini! Mengapa kau
hanya menjawab seperlunya saja? Bagaimana bisa kau mendapatkan teman
kalau seperti ini terus?" Tanya Donghae dengan kesal.
HaRa hanya diam, tidak menggubris lontaran Donghae.
"HaRa,
apa kau tidak kesepian? Kuperhatikan kau selalu diam dan tidakmempunyai
teman. Apa kau tidak jenuh? Kau tidak akan bicara jika tidak diajak
bicara." Donghae sengaja terus bertanya. Donghae ingin bicara banyak
pada HaRa.
"Aku sudah terbiasa. Kesepian dan kejenuhan sudah menjadi temanku." Jawab HaRa.
"Kenapa tidak memulai berbaur dan bersosialisasi?"
"Aku lebih suka sendiri."
"Kenapa?" Donghae masih dihantui rasa penasarannya.
"Cukup ayah dan ibuku yang menjadi temanku."
"Kalau begitu ayo kita berteman?" Ajak Donghae.
"Kau akan menyesal Donghae. Hujan sudah reda, aku pulang duluan." HaRa mengambil tasnya lalu beranjak pulang.
"HaRa tunggu. Apa maksudmu menyesal?" Donghae menahan tangan HaRa.
HaRa hanya tersenyum lalu melepas tangan Donghae yang menahan lengannya, kemudian ia pergi.
"HaRa, apa maksudmu? Mengapa kau sangat misterius?" Tanya Donghae pada dirinya sendiri.
****
Sambil
menunggu Donghae dan Hyuk Jae yang sedang mencari buku di perpustakan.
HaRa mendengarkan musik dari ponselnya sambil memandangi layar
ponselnya. Ya HaRa memandangi foto Donghae, yang diam-diam dia simpan
diponselnya. Sebentar saja HaRa memandangi foto Donghae, dia takut
tiba-tiba ada yang melihat.
"Gadis kanker sepertiku harusnya tidak boleh jatuh cinta. Tuhan,kumohon bantu aku." HaRa bicara pada dirinya sendiri.
"HaRa?" Tiba-tiba Hyuk Jae datang.
HaRa dengan cepat menghapus air matanya.
"HaRa kau menangis? Kenapa?" Tanya Hyuk Jae.
"Ayo pergi ke studio, langit sudah semakin gelap." HaRa tidak menjawab pertanyaan Hyuk Jae.
"Kita tunggu Donghae dulu. Ah kemana dia? Tadi setelah mendapatkan buku, ia pergi begitu saja."
"Ayo kita pergi." Ajak Donghae yang tiba-tiba datang.
"Kau kemana saja?" Tanya Hyuk Jae.
"Ada urusan tadi. Ayo berangkat." Jawab Donghae.
HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae pun pergi ke studio Donghae.
Sesampainya di studio, HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae beristirahat sebentar lalu memulai latihan.
Ditengah-tengah saat HaRa bernyanyi, HaRa tiba-tiba diam, HaRa mengusap hidungnya yang keluar darah.
"HaRa, hidungmu keluar darah." Pekik Hyuk Jae. "HaRa ada apa denganmu? Kau sakit?" Tanya Hyuk Jae khawatir.
"Aku sepertinya kelelahan, aku pulang saja. Maaf. Besok kita latihan lagi." HaRa mengambil tasnya lalu berlari pergi.
"Ada apa dengannya?" Tanya Donghae.
"Aku tidak tau." Jawab Hyuk Jae lemas.
Donghae diam memikirkan apa yang terjadi pada HaRa.
"Sepertinya
ia mempunyai beban berat. Tadi kulihat dia menangis ditaman. Aku tanya
dia tidak menjawabnya. Aku ingin sekali menjadi sandarannya, aku kasihan
padanya. Terlihat bahwa dia gadis yang baik, tapi sayangnya sangat
tertutup." Ujar Hyuk Jae sedih.
"Hyuk Jae?"
"Apa?"
"Kau menyukai HaRa?" Tanya Donghae.
"Aku menyukainya sebagai teman." Jawab Hyuk Jae.
"Oh."
"Kenapa? Apa kau menyukainya?" Hyuk Jae balik bertanya.
"Tidak apa-apa. Ayo pulang!"
****
Seminggu ini HaRa tidak sekolah dan latihan,
Donghae dan Hyuk Jae terus menghubungi HaRa namun ponselnya tidak aktif terus.
"Bagaimana ini? Seminggu lagi kita akan tampil." Keluh Hyuk Jae sambil mencoba menghubungi HaRa.
"Ayo temui bu HyunRa." Ajak Donghae.
"Untuk apa?" Tanya Hyuk Jae
"Tanyakan alamat HaRa." Jawab Donghae.
"Ah benar. Ayoooo!"
Donghae dan Hyuk Jae menemui HyunRa yang sedang di ruang guru.
"Permisi bu." Donghae dan Hyuk Jae memberi salam.
"Ada apa?" Tanya HyunRa.
"HaRa tidak masuk seminggu bu. Sedangkan olimpiade seminggu lagi." Jawab Hyuk Jae.
"Orang tuanya bilang HaRa sedang sakit." Kata HyunRa.
"Beri kami alamat HaRa. Kami akan ke sana bu, memastikan keadaannya." Kata Donghae.
HyunRa mengangguk iya, dan menuliskan alamat HaRa.
"Trimakasih bu. Kami permisi."
****
“Kau yakin ini rumahnya?" Tanya Hyuk Jae.
“Tentu, ini alamatnya sudah sama persis." Jawab Donghae.
"Permisi. Permisi." Donghae dan Hyuk Jae mengetuk pintu rumah.
Seorang wanita paruh baya keluar dengan membawa tas, terlihat ia ingin pergi.
"Anneyong." Sapa Donghae dan Hyuk Jae.
"Iya. Kalian siapa?" Tanya wanita itu.
"Apa ini rumah HaRa? Kami temannya." Jawab Donghae.
"Oh, aku ibunya. HaRa masih di rumah sakit. Kalian mau ikut?" Tanya HanRin yaitu ibunya HaRa.
"Ya kami ikut, kami mau bicara pada HaRa." Jawab Hyuk Jae.
Mereka pun pergi ke rumah sakit. Saat perjalanan Donghae dan Hyuk Jaebercakap-cakap pada ibu HaRa.
"Kalau boleh tau, HaRa sakit apa bi?" Tanya Donghae.
"Hanya terlalu lelah." Jawab ibu HaRa.
Ibu HaRa tidak memberi tau sebenarnya, karna HaRa lebih dulu mencegah ibunya bicara tentang sakitnya, jika ada yang bertanya.
Sesampainya di rumah sakit. Terlihat HaRa sedang melamun.
"HaRa, ibu bersama temanmu." Ucap ibu HaRa.
HaRa cukup terkejut karna Donghae dan Hyuk Jae datang.
"Hai HaRa." Sapa Hyuk Jae.
"Ibu keluar menemui dokter dulu." Ucap ibu HaRa lalu pergi.
"HaRa kau sebenarnya kenapa?" Tanya Donghae.
"Aku baik-baik saja. Kalian pulanglah." Jawab HaRa.
"Kapan kau sembuh HaRa? Seminggu lagi kita akan tampil." Tanya Hyuk Jae.
"Besok aku akan latihan. Kalian boleh pulang sekarang." Jawab HaRa.
"Yasudahlah. Cepat sembuh HaRa. Sampai jumpa besok. Salam pada ibumu ya." Kata Hyuk Jae lalu menarik tangan Donghae agar keluar.
"Dia tidak menghargai kita yang sudah datang ke sini." Ucap Donghae.
"Dia butuh istirahat. Ayolah pulang." Hyuk Jae menyeret Donghae.
****
"HaRa, apa benar kau tidak apa-apa? Kau masih sangat pucat HaRa." Tanya Hyuk Jae yang cemas melihat HaRa.
"Aku baik-baik saja, ayo mulai." Jawab HaRa. Mereka pun memulai latihan mereka dengan sungguh-sungguh.
Latihan sudah berjalan lumayan lama. HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae berlatih dengan baik.
"Aku optimis kita bisa menang." Seru Hyuk Jae dengan riangnya setelah selesai latihan.
HaRa tersenyum senang.
"HaRa, kau menutupi sesuatu dari kami?" Tanya Donghae.
"Tidak ada." Jawab HaRa.
"Sebenarnya kau sakit apa HaRa?" Donghae masih terus menyelidik.
"Aku baik-baik saja. Ini hanya penyakit kecil. Aku hanya demam." Jawab HaRa.
"Ah Donghae jangan terus mencurigai HaRa." Kata Hyuk Jae.
"Ini
sudah hampir malam. Ibu dan Ayahku pasti khawatir kalau aku belum
pulang juga. Baiklah aku pulang dulu ya." HaRa berpamitan.
"Okey, hati-hati HaRa." Ucap Hyuk Jae sambil melambaikan tangannya.
HaRa pergi, sengaja untuk menghindari pertanyaan Donghae.
"Dia akan baik-baik saja." Ucap Hyuk Jae sambil menepuk punggung Donghae pelan.
Donghae hanya diam, masih memikirkan sesuatu yang tidak beres.
****
Hari
ini, hari terakhir HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae latihan, namun HaRa
belum juga kunjung datang. Donghae terus menghubungi HaRa namun tidak
dijawab. Sampai akhirnya HaRa mengangkat telepon Donghae.
Donghae : kau dimana? Mengapa baru mengangkat telepon?
HaRa
: maaf, aku tidak bisa datang latihan terakhir. Aku akan berusaha
menampilkan yang terbaik besok. Siapkan yang terbaik. Hwaiting!
Donghae : HaRa.. Hallo HaRa!
HaRa sudah mematikan telepon.
"Apa katanya?" Tanya Hyuk Jae.
"Dia tidak bisa datang." Jawab Donghae.
"Kenapa?"
"Dia langsung mematikan telepon."
"Ada apa dengannya ya? Yasudah, kita siapkan yang semampu kita."
****
Hari ini hari dimana olimpiade diadakan.
"Kumohon biarkan aku mengikuti ini. Tolong untuk permintaan terakhirku." Pinta HaRa pada Dokter, Ibu dan Ayahnya.
"Tidak mungkin kau pergi dengan keadaan seperti ini HaRa." Ucap Ibu HaRa.
"Aku
tau sekarang aku sudah tidak bisa melihat lagi. Aku tau hari ini
pertama kalinya aku buta, karna penyakit ini. Tapi kumohon biarkan aku
membuat kalian bangga. Donghae dan Hyuk Jae, mereka sangat membutuhkan
ku saat ini. Kumohon, kumohon untuk terakhirnya." HaRa terus memohon
sambil menangis.
"Bawalah HaRa pergi mengikuti olimpiade itu." Ucap Dokter pada ibu dan ayah HaRa.
"Trimakasih, sekali lagi trimakasih." Dengan senang HaRa mengucapkan trimakasih.
Ibu HaRa membantu HaRa untuk mengganti baju dan merapikan HaRa agar terlihat cantik.
Akhirnya mereka pergi ke sekolah untuk membawa HaRa mengikuti lomba.
Sesampainya di sekolah Donghae dan Hyuk Jae terkejut karna HaRa duduk dikursi roda.
"HaRa apa yang terjadi?" Tanya Donghae.
"Aku baik-baik saja." Jawab HaRa.
"Tapi HaRa.." Perkataan Hyuk Jae terpotong.
"Kita harus lakukan yang terbaik." HaRa memotong perkataan HyukJae.
"Okey. Oh ya. HaRa lihat apa aku terlihat tampan mengenakan jas ini?" Tanya Hyuk Jae.
HaRa diam sejenak, kemudian mengangguk dan tersenyum.
Donghae yang menyadari sedari tadi, bahwa HaRa terus menatap ke depan, dan tidak menatap mereka saat sedang bicara padanya.
"HaRa, ada apa dengan matamu?" Tanya Donghae.
"Mataku? Tentu baik-baik saja." Jawab HaRa.
"Jangan berbohong HaRa!"
"Kau menyadarinya Donghae? Kau menyadari aku buta?"
Donghae dan Hyuk Jae benar-benar lemas mendengar apa yang HaRa katakan.
"Tidak mungkin HaRa!" Donghae berteriak tak menerima.
“Kita
panggilkan peserta dari sekolah SMA SJ Art School. Shin HaRa,
LeeDonghae, Lee Hyuk Jae." Terdengar pembawa acara memanggil nama
mereka.
"Ayo kita ke atas panggung. Sebelumnya ayo kita berdoa." Ucap HaRa.
Mereka pun berdoa dan langsung ke atas panggung. HaRa dibantu Donghae dan Hyuk Jae ke atas panggung.
"Selamat
siang. Trimakasih untuk Tuhan karna masih memberikan kami nafas
kehidupan. Dan trimakasih atas semua yang sudah datang. Mungkin ini
terakhir kali aku bisa bernyanyi. Dan aku harap kalian menikmati lagu
yang berjudul Daydream." Ujar HaRa sebelum bernyanyi. Dan dimulai lah
HaRa bernyanyi.
DAYDREAM
Gwireul maggo geudaereul deureobonda
Du nuneul gamgo geudaereul geryeobonda
Geudaen heulleogattneunde geudaenjinagattneund
Imi jabhil su jochado eomneun gieogsogeseo
Nan meomunda (Meomunda) Nan meomunda(Meomunda)
Saranghaettdeon gieogdeuri nareulgajigo nond
Dasi han beon one more time
Ireohge ggeutnandani mideul sugaeomneun galyo
Gojag ijeongdoro (Geu su manhattdeonyagsogdeureun) eoddeohge eoddeohge....
HaRa terus bernyanyi sampai akhir dipenghujung lagu.
Selesai HaRa bernyanyi semua penonton bertepuk tangan dengan meriahnya.
"Trimakasih banyak." Kata HaRa.
HaRa, Donghae dan Hyuk Jae turun dari panggung.
"Penutupan yang sangat menganggumkan." Puji pembawa acara.
HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae dengan sabar menunggu pemenangnya.
Donghae
menatap HaRa sangat dalam. "Tuhan, apa yang terjadi pada HaRa? Kumohon
berilah yang terbaik bagi kami." Kata Donghae dalam hati.
"...dan
pemenangnya adalah Shin HaRa, Lee Donghae, Lee Hyuk Jae dari SMA SJ Art
School. Kita sambut mereka dengan meriah." Ujar pembawa acara begitu
semangatnya.
"Kita menang. Oh Tuhan kita menang HaRa, Donghae." Ucap Hyuk Jaesangat senang.
HaRa, Donghae dan Hyuk Jae naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan.
"Trimakasih untuk Tuhan dan dukungan semua orang. Kami mencintai kalian." Kata Hyuk Jae dengan senangnya.
"Bisa diceritakan tentang lagu Daydream ini?" Tanya pembawa acara.
"Karna bukan aku atau Hyuk Jae yang menciptakannya, melainkan HaRa. Biarkan HaRa yang menjelaskan." Jawab Donghae.
"Sebelum menjawab pertanyaan, boleh aku mengatakan beberapa kata? "Tanya HaRa.
"Tentu. Silahkan." Jawab pembawa acara.
"Aku
tidak akan pernah berhenti bersyukur pada Tuhan karna telah memberikan
semua ini. Aku bisa merasakan kebahagiaan di antara kalian semua,
walaupun aku tidak bisa melihat. Aku ingin mengucapkan trimakasih untuk
Ibu dan Ayahku yang dengan tulus merawat aku, dan dengan tabahnya
merawat putri yang mengidam penyakit kanker otak seperti aku. Ibu, Ayah
ingatlah hari ini menjadi hari yang terindah sebelum aku pergi. Maaf aku
tidak bisa, hidup lebih lama dengan kalian..." Ujar HaRa, namun belum
selesai terpotong.
"HaRa, berhenti mengatakan ini semua!" Ucap Donghae penuh dengan kesedihan di hatinya.
Hyuk Jae menahan Donghae agar membiarkan HaRa selesai bicara.
"Trimakasih
untuk Donghae dan Hyuk Jae yang sudah sangat bekerja keras membantuku.
Lagu ini aku ciptakan untuk seseorang yang kucintai. Aku mencintainya
semenjak dari kelas 1 SMA. Aku terus menyadari diriku bahwa aku tidak
boleh jatuh cinta. Lagu ini menyatakan bahwa aku hanya bisa mencintainya
di dalam mimpi. Sungguh, aku ingin sekali mempunyai umur lebih lama
lagi. Merasakan apa itu saling mencintai. Kelak nanti akan menikah,
mempunyai anak,membuat orang tuaku sangat bahagia. Tapi aku tersadar,
bahwa ini adalah takdir. Takdir yang tidak mungkin bisa ku ubah. Tapi
satu yang aku tau, Tuhan pastiakan menjaga dan memberikan kebahagiaan
pada mereka yang aku cintai." Ujar HaRa dengan air matanya yang jatuh
deras.
Donghae dan Hyuk Jae tidak bisa menahan kesedihan mereka, dan meneteskan airmata.
"HaRa, hentikan. Ayo kita turun." Ajak Donghae dengan lembutnya.
"Aku
harus mengatakan ini, karna belum tentu hari esok masih kumiliki.Hyuk
Jae, trimakasih kau sangat sabar dengan sikap aneh dan pendiamku. Kau
tau? Kau satu-satunya yang ku anggap teman saat ini." Ujar HaRa.
"Kau juga sudah ku anggap teman terbaikku HaRa." Jawab Hyuk Jae.
"Lee
Donghae. Kau pernah menanyakan untuk siapa lagu itu kan? Kau tau? Kau
lah alasanku untuk membuat lagu itu. Kau seseorang yang kucintai.
Awalnya aku sangat takut mengatakan ini, tapi aku ingin kau tau untuk
terakhir kalinya.Maaf, karna aku mencintaimu. Kumohon maafkan..." Belum
selesai HaRa bicara,HaRa tidak sadarkan diri.
Dengan cepat Donghae menggendong HaRa untuk ke rumah sakit.
****
"HaRa, kumohon bangun. HaRa, kau harus tau aku juga mencintaimuHaRa." Ucap Donghae sambil menangis perih.
Ayah HaRa sengaja mengajak Ibu HaRa dan Hyuk Jae keluar, membiarkan Donghae berdua dengan HaRa.
"HaRa maafkan aku HaRa, kumohon sadarlah."
"Donghae" HaRa tersadar.
"HaRa kau sudah sadar?" Donghae membelai rambut HaRa yang tersisa sedikit.
"Donghae, maaf karna aku mencintaimu." Ucap HaRa dengan lemah.
"HaRa,
kau tau? Hari ini aku berencana mengatakan cinta padamu. HaRaaku sangat
mencintaimu HaRa. Kumohon tetaplah hidup bersamaku."
"Kau tidak boleh mencintaiku Donghae, tidak boleh." Kata HaRa sambil menangis.
"Kenapa? Aku mencintaimu, dan aku tidak akan pernah menyesal HaRa."
"Kau akan terluka Donghae."
"Karna apa? Untuk apa aku terluka? Kau akan selalu di sisiku HaRa. Aku sangat mencintaimu HaRa."
"Kalau kau mencintaiku, saat aku pergi kau harus tersenyum dan merelakanku. Tersenyum seperti ini." HaRa memberikan senyumnya.
"HaRa kau harus hidup HaRa." Donghae memegang erat tangan HaRa.
"Aku
tidak bisa menahan sakitnya lagi, kalau kau mencintaiku harusnya kau
tidak mau melihatku terus sakit. Jadi kau harus berjanji tersenyum saat
akupergi."
"HaRa..."
"Aku mau meminta sesuatu padamu. Nyanyikanlah Daydream untuk terakhir kalinya untukku." Pinta HaRa.
"Aku akan terus menyanyikannya untukmu HaRa."
"Duduklah di sampingku." HaRa memukul pelan kasur agar Donghae duduk di sampingnya.
Dengan
perlahan HaRa duduk, dan Donghae duduk di sampingnya sambil memegang
tangan HaRa erat. "Kita nyanyi bersama ya." Kata Donghae sambilmencium
puncak kepala HaRa.
HaRa mengangguk pelan dan tersenyum.
"Gwireul
maggo geudaereul deureobonda Du nuneul gamgo geudaereulgeryeobonda
Geudaen heulleogattneunde geudaen jinagattneunde Imi jabhil sujochado
eomneun gieog sogeseo
Nan meomunda (Meomunda) Nan meomunda (Meomunda) Saranghaettdeon gieogdeurinareul gajigo nonda Dasi han beon one more time.."
Terasa
genggaman HaRa sudah tidak menggenggam tangan Donghae, HaRa juga
berhenti bernyanyi. Namun Donghae terus bernyanyi sambil
menangis."Ireohge ggeutnandani mideul suga eomneun galyo Gojag
ijeongdoro (Geu sumanhattdeon yagsogdeureun) eoddeohge eoddeohge."
"HaRa, ayo kita bernyanyi lagi." Pinta Donghae
Donghae berpura-pura tidak tau bahwa HaRa sudah tiada.
"HaRa,
kumohon nyanyilah bersamaku lagi HaRa. Hiburlah aku saat iniHaRa. HaRa
jawab aku HaRa!" Donghae berteriak histeris sambil menangis.
Donghae
memeluk HaRa yang sudah tidak bernafas lagi. “HaRa aku akan tersenyum,
aku akan tersenyum menepati janjiku. Aku mencintaimu HaRa. Sangat
mencintaimu.”
****
Inilah akhir dari
penderitaan HaRa. Berat memang menerima kepergiannya, karna aku
terlanjur sangat mencintainya. Jika, boleh kuputar kembali waktu.Bahkan
untuk sedetikpun tidak akan pernah ku sia-siakan waktuku
bersamanya.HaRa... Dia memang sudah tiada lagi, tapi kenangan, senyum
indahnya dan semua tentangnya, selamanya akan terkenangan dan terukir
dalam hatiku. - Lee Donghae
END…