Monday, May 19, 2014

Cerpen untuk teman (Memories with you Maam)



Helloooooooooo everyoneeeeeeeeeee. Okey dan akhirnya gue bisa ngeblog lagi dari sekian lama vakum semenjak kelas 12 yang menguras otak sampe kaki. Kali ini gue bawa cerita, ini bukan pertama kalinya gue nulis cerita, tapi ini pertama kali gue bawa cerita tentang kisah nyata tentang temen gue. Kisahnya sih freak ya tapi gue tertarik buat bikin cerita tentang dia hahaha. Nama sedikit disamarkan tapi kalo eloo eloo pada gaoll pasti tau siapa pemerannya. Okey tanpa basa-basi silahkan baca! Kalo ada typo ya maklum ya! Typo kan seni menulis juga menurut gue. Oke Chek it out!

Title : Memories with you Maam

                Kini malam telah berganti pagi, dan kini semua orang harus memulai aktivitasnya kembali. Termasuk seorang perempuan remaja yang bernama Jessera Ambar atau yang biasa dipanggil Sera. Sera kini duduk dibangku kelas 12 SMK di SMK Sasmita Raya, yang hidup seperti remaja lainnya, ya yang membedakan hanya di dalam keluarganya. Sera sudah ditinggal Ibunya, Ayah Sera berpindah domisili ikut bersama Ibu tiri Sera. Sera mempunyai satu kakak perempuan yang kini sudah menikah dan mempunyai anak.
                “hoaaaaaammmmmm. I still want to sleep!” Ujar Sera sambil merentangkan tangannya.
                Mau dikatakan apa lagi? Ia harus bersekolah untuk masa depannya. Sera bergegas ke kamar mandi dengan langkah gontai. Setelah selesai semuanya, ia berangkat ke sekolah. Karna sudah cukup lama ditinggal sosok seorang ibu dan kini kakaknya sudah berkeluarga, keadaan yang memaksakan Sera mandiri untuk menyiapkan kebutuhannya sendiri.
                “Ser, Myob udah kelar?” Tanya Rere salah satu teman sekelasnya.
                “Belum re. Gak ngerti yang transaksi yang ini nih masukkin kemana.” Jawab Sera sambil menunjukkan fotocopyan tugasnya.
                “Yaudah entar kita kerjain bareng-bareng di lab.”
                “Sip. Katanya ini tugas terakhir kita kerjain myob di lab ya?”
                “Iya, Ser. Ujikom 1 minggu lagi nih. Takut deh gue.”
                “Apa lagi gue. Tapi semoga aja sih kita lulus.”
                “Aminnnnnnnnnnnnnnn.”
                Siapa yang tidak mengenal Myob bagi yang berjurusan Akuntansi? Ini adalah pelajaran yang membutuhkan ketelitian yang parah! Lebih fantastic Sekolah ini mempunyai guru Myob yang terkenal cara mengajarnya dengan kecepatan super. Ibu Evelyn Miko, ya ini adalah nama yang tidak akan asing lagi bagi jurusan 12 Akuntansi di SMK Sasmita Raya.

****

                Tidak terasa waktu yang tidak ditunggu datang. Ini waktunya UJI KOMPETENSI. Sekali lagi biar klimaksnya dapet INI WAKTUNYA UJI KOMPETENSI! Setelah beberapa hari ada pemantapan untuk UJI KOMPETENSI NASIONAL, semua murid setidaknya mempunyai bayangan akan seperti apa soalnya nanti. Tapi entahlah apa Sera mempunyai bayangan atau tidak, Ia hanya bisa berdoa dan berusaha.
                “Yeayyyyyyyyyyyyyyyyyyy lulus!” Teriak beberapa anak yang sudah keluar dari ruang lab, yang mendapat giliran pagi.
                “Enak banget sih! Sekarang giliran gue nih. Doain yaaa.” Ujar Sera dengan gaya sok cool tapi ketakutan percis seperti Ki Joko Bodo.
                “Semangat Ser! Pasti lulus!” Ucap Fera salah satu dari bagian yang telah lulus dengan kecepatan waktu yang super kilat kaya pelari maraton.
                Dengan langkah katanya pasti, Sera masuk ke dalam lab yang sudah ada pengawasnya dan tanpa terlupakan Bu Evelyn dengan muka yang datar sudah ada di dalam ruangan. Setelah diperiksa untuk memastikan tidak ada kecurangan, Sera duduk di depan computer yang sudah diatur. Duduk berdoa minta bantuan Sang Kuasa.
                Setelah semua sudah duduk di depan computer, Pengawas memperbolehkan semua peserta mengerjakan. Dengan kekuatan sendiri, semua peserta mulai mengerjakan.
                1 menit, 30 menit, 1 jam… Beberapa wajah peserta mulai frustasi, berharap malaikat tanpa sayap hadir membantu mereka.
                Waktu sudah hampir selesai dan sudah beberapa anak keluar dan dinyatakan lulus. Tapi Sera tak kunjung bergerak menandakan bahwa dia sudah selesai.
                “Bu kalo hasilnya segini…” Tanya Sera dengan wajah penuh harap.
                “Masih terlalu jauh.” Jawab Bu Evelyn dengan sikapnya yang seperti biasa.
                “Aduh gimana dong ini ya?” Sera berkomat kamit sendiri.
                “Ya, waktunya sudah habis! Semuanya berhenti mengerjakan.” Ucap Bu Evelyn tegas
                “Yah saya berarti ngulang dong bu?” Tanya Sera dengan nada suara yang sudah tidak makan 113 hari.
                “Yaiyalah. Besok kalian ngulang. Belajar lagi!” Jawab Bu Evelyn.
                Semua peserta pun meninggal ruang lab dengan penuh kekecewaan, terkecuali yang sudah lulus.
                “Pokoknya gue harus lulus!” Sera meyakinkan dirinya sendiri.

****

                Dengan mantap Sera meyakinkan diri pasti ia bisa lulus hari ini. Masih dengan udara pagi yang cukup sejuk, namun kesejukan tidak bisa dirasakan oleh beberapa anak yang mendapat gilirian dan yang mengulang. Setelah menunggu beberapa menit di luar lab, akhirnya peserta diperbolehkan masuk.
                Peserta mulai mengerjakan setelah sudah dilakukan pemeriksaan. Semuanya dengan teliti mengerjakan dengan wajah yang abstrak, tidak bisa dijelaskan, dan seakan-akan dunia milik bertiga antara peserta dengan computer dan soal.
                Masih dengan ketegangan, dan sudah ada beberapa anak yang telah selesai. Sera mulai meniti harapan.
                “Bu, kalo segini…?” Tanya Sera.
                “Bisalah.” Jawab Bu Evelyn.
                “YES!!!!” Seru Sera dengan girang.
                Setelah menyelesaikan semuanya, Sera mengumpulkan hasilnya dalam bentuk kertas yang tadi ia print.
                “Ini bu.” Ucap Sera, memberikan kertas hasilnya.
                “Yaudah.” Balas Bu Evelyn tanpa ekspresi.
                Sera keluar ruangan, namun kembali masuk berpua-pura ada yang tertinggal di dalam, padahal memang ada yang mau ia ceritakan tentang bu Evelyn.
                “Bu, saya mau cerita. Boleh?” Ucap Sera dengan gagah sok berani .
                “Boleh aja.”
                “Saya suka mimpiin ibu lhooo.”
                “Gimana mimpinya?”
`               “Di mimpi saya, ibu jadi mama saya…”
                Memang sudah cukup lama Sera ingin bercerita apa yang ia rasakan ke bu Evelyn. Sambil sedikit berbasa-basi Sera bercerita pada awalnya untuk membuat keadaan nyaman. Entahlah apa yang membuat Sera benar-benar ingin bercerita pada Bu Evelyn. Sera menceritakan tentang kepergian Ibunya yang sudah meninggal sejak ia kelas 4 SD, dan beberapa cerita yang bisa dikatakan menyakitkan karna kepergian ibunya.
                “Ya mungkin karna kamu merindukan sosok seorang ibu.” Ujar bu Evelyn
                Panjang lebar Sera bercerita dengan mata yang nanar, tidak sadar ceritanya mungkin membuyarkan beberapa peserta.
                Walaupun respon bu Evelyn yang biasa saja, namun Sera merasa sangat menyukai bu Evelyn, entah dari mana seginya namun ia melihat bu Evelyn hampir sama dengan sosok ibunya.

****

                Semenjak hari itu, rasa kagum Sera dengan bu Evelyn semakin melimpah. Seringkali ia menanyakan tentang bu Evelyn ke teman-temannya. Dengan bakatnya menggambarpun ia menggambar sketsa bu Evelyn dan mengupload ke facebooknya, hampir semua status dilontarkan untuk sosok seseorang yang benar-benar ia kagumi.
                “Cuma gara-gara itu lu suka sama bu Evelyn? Astagaaaa.” Seru Lianka penuh dengan kekesalan.
                “Ya gimana ya dia itu beda.” Jawab Sera.
                “Hfftttttttttt.”
                Sera terus menceritakan tentang bu Evelyn ke Lianka, bukan hanya Lianka namun beberapa anak lain yang bisa dianggapnya sharing tentang guru favoritnya itu.

****

                “Lu kena masalah katanya gara-gara status lu?” Tanya Lianka.
                “Iya ka. Guru-guru udah pada tau gitu.” Jawab Sera
                Sera menulis status tentang pengawas yang mengawasi ruangannya yang sepertinya baru mempunyai blackberry, karna asiknya sampai sepertinya lupa iya sedang mengawas.
                “Terus gimana?”
                “Ya nanti gue jawab, toh kan bener kan?”
                “Iya sih, tapi yang ngasih tau siapa tentang status lu?”
                “Yang jelas yang suka stalking fb gue. Bu Evelyn suruh gue buat hapus status-status gue.”
                “Terusnya?”
                “Iya gue hapus semua dan tentang dia juga.”
                “Sabar ya ser.”

****

                Entah semenjak hari itu sedikit ada perubahan, Sera mencoba untuk memperbaiki hubungannya kembali dengan bu Evelyn.
                Lambat hari masalah tentang status itu sudah tidak dibahas dan tidak dipermasalahkan kembali.

****
                Ujian-ujian sebelum Ujian Nasioanal sudah terselesaikan, kini saatnya Ujian Nasional yang harus ditempuh. Penuh dengan tekat seluruh kelas 12 belajar dan berdoa agar semua angkatan lulus semua.
                3 hari mungkin tidak adil untuk menentukan suatu kelulusan, karna harusnya semua itu dilihat dari proses, namun ini adalah ketetapan yang harus seluruh pelajar patuhi.
                Selesai Ujian Nasional, setidaknya sedikit bisa bernafas sambil menunggu hasil kelulusan. Beberapa anak mempunyai rencana untuk kuliah atau pun kerja. Dan Sera memilih untuk melanjutkan studynya.
                “Jadi pindah ke Bandung?” Tanya Lianka
                “Iya jadi.” Jawab Sera
                “Jauh deh dari bu Evelyn.”
                “Iya makanya sedih. Hfffftttttt.”
                “Yaudah mau diapain lagi, life must go on kan?”
                “Iya sih, tapi gue bakal kangen pasti.”
                “Udah pasti itu mah. Btw jadi ngambil jurusan apaan?”
                “Karna psikologi mahal, gue mau ambil sastra inggris, jadi guru juga sih pengennya.”
                “Sama dong kitaa. Lagian jadi guru tuh sepanjang masa……” LIanka terus menerangkan keuntungan menjadi guru seperti sedang menawarkan kartu kredit.
                “Hidup guruuuuuuuuuuu!”

****
               
                Ya semua memang ada masanya, masa dimana kebersamaan harus terpisahkan demi menggapai cita. Sera mempunyai mimpi untuk masa depannya, dan menunjukkan kesuksesannya untuk mamanya yang sudah bahagia bersama Tuhan, kepada kakaknya yang merawatnya setelah mamanya tiada, dan ayahnya yang walaupun mungkin sudah tidak terlalu dekat lagi dengan Sera. Semua harus dijalani walaupun memang nantinya jika Sera harus berpindah domisili. Kenangan masa SMK ini tentunya tidak bisa terlupakan, tentang teman-teman, guru-guru, dan terutama adalah sosok yang sangat ia kagumi yaitu bu Evelyn. Mungkin harus mempertaruhkan suatu kenangan indah, namun impian tetaplah harus dikejar. Hingga suatu saat nanti waktu kembali mempertemukan dalam keadaan sukses yang sudah digenggam.

And good bye the best memories in Vocational High School, and welcome to good future.
And for u Miss Elija Miko Fanani, u still in my heart, memories with u i will never forget! I love u more than u will ever know buuuu. – Tri Ambar Septiani
                                                               
-END-

Sunday, October 27, 2013

Daydream (Song For You)

SMA SJ art school, sekolah musik yang bisa dikatakan terkenal di Korea Selatan. Shin HaRa seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana berhasil menembus SJ art school karna kemampuannya membuat lagu. Kemampuannya tidak diragukan lagi ketika ia masuk ke kelas unggulan pada penaikkan kelas 2 SMA.
HaRa sulit sekali bersosialisasi, terlalu tertutup dan terkesan aneh karna terlalu pendiam.

"Selamat pagi anak-anak." Ucap Park HyunRa yang adalah wali kelas,kelas unggulan.
“Pagi buu." Semua murid serempak.
"Tahun ini, sekolah kita kembali dipercaya untuk mengikuti olimpiade tingkat nasional SMA musik. Sekolah sudah memilih 1 kelompok yang beranggotakan 3 anak untuk mengikuti olimpiade tersebut." Ujar HyunRa
Semua murid berharap menjadi satu dari 3 anak yang mengikuti olimpiade tersebut, kecuali HaRa yang tidak memiliki keberanian untuk mengikuti olimpiade tersebut.
"Anak yang mengikuti olimpiade tersebut adalah Shin HaRa, Lee Donghae,dan Lee Hyuk Jae. Shin HaRa karna kemampuannya menulis lagu. Dan olimpiade ini mengharuskan peserta menyanyikan lagu ciptaan sendiri, entah itu ciptaan bersama atau individu. Sedangkan Lee Donghae dipilih karna permainan piaononya yang beberapa kali memenangkan perlombaan. Dan Lee Hyuk Jae dipilih karna dialah pemain gitar yang memiliki nilai paling tinggi di mata semua guru. Dan kalian diberi waktu sebulan untuk berlatih dimulai dari sekarang. Nah, untuk kalian bertiga jangan membuat sekolah kecewa, karna cukup tahun kemarin, sekolah kita tidak menjadi pemenang." Jelas HyunRa panjang lebar.
HaRa hanya bisa bernafas berat dan melirik Donghae yang terlihat biasa saja, sementara Hyuk Jae yang terlihat sangat senang.

****

Hening...


Sejak mereka berkumpul di studio musik milik Donghae tidak ada yang bersuara, mereka hanya duduk dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Hei, apa kita hanya berdiam terus? Kita harus memulai dari mana?" Tanya Hyuk Jae yang menghancurkan keheningan.
"Mana lagu yang kau pilih?" Donghae mulai bersuara.
HaRa memberikan kertas lagu yang ia tulis. Hyuk Jae dan Donghae milihat lagu yang HaRa buat.
"Judulnya Daydream, mengapa liriknya sedih sekali?" Tanya Hyuk Jae.
HaRa hanya diam.
"Sudahlah ayo kita mulai." Ajak Donghae.
Donghae dan Hyuk Jae mulai mempalajari not-not lagu Daydream.
"HaRa ayo mulai bernyanyi." Ucap Hyuk Jae.
HaRa hanya bisa menunduk dan tidak melakukan perkataan Hyuk Jae.
"Sampai kapan kau terus diam? Ayo keluarkan suaramu!" Donghae mulai kesal.
HaRa tidak menjawab dan terus diam. HaRa sangat malu dan takut mengeluarkan suaranya.
"Dari tadi kau hanya diam dan diam! Lalu kapan kita latihan?! Ah sudahlah aku pulang!" Donghae geram dan pergi dari studio.
Hyuk Jae mendekati HaRa yang duduk dan sambil menunduk menangis. "HaRa, jangan diambil hati ya. Kalau kita latihan kau harus mengeluarkan suaramu ya, agar Donghae tidak marah lagi." Kata Hyuk Jae dengan lembut.
HaRa mengangguk pelan.

****

Hari ke hari, HaRa belum juga belum mau bernyanyi.
"HaRa, ayolah bernyanyi. Waktu kita latihan sebentar lagi, tidak terasa kita akan tampil." Bujuk Hyuk Jae.
HaRa masih diam dan menundukkan kepalanya.
"Kau bisu?!!! Mengeluarkan suaramu saja kau sangat sulit!!" Bentak Donghae.
"Donghae sudahlah, jangan biacara terlalu kasar." Hyuk Jae berusaha meredakan amarah Donghae.
"Kalau seperti ini terus bagaimana bisa kita menang?!" Pekik Donghae.
HaRa hanya bisa menangis, HaRa berusaha agar mereka tidak mengetahui bahwa ia menangis.
"Maaf, aku terlalu takut untuk bernyanyi di hadapanmu Lee Donghae." Bisik HaRa dalam hatinya.
"Kita tidak perlu latihan lagi, jika dia masih tidak mau membuka mulutnya!" Ucap Donghae dengan kesalnya, membanting pintu lalu pergi.
"Kau jangan seperti ini! Donghae! Lee Donghae!" Hyuk Jae mencoba menahan Donghae, tapi gagal.
Hyuk Jae menggaruk-garuk kepalanya dengan kencang walaupun tidak gatal, ia benar-benar frustasi.
"HaRa, kumohon jangan seperti ini." Pinta Hyuk Jae dengan lemas.
"Aku harus pulang." Ucap HaRa lalu beranjak pergi.
"HaRa, kumohon HaRa." Hyuk Jae masih meminta.
"Aku akan mencobanya besok." Jawab HaRa lalu pergi.
"Yess! HaRa kutunggu besok." Teriak Hyuk Jae dengan senangnya.
Hyuk Jae langsung menghubungi Donghae, dan memberi tau bahwa HaRa sudah mau.

****

"HaRa, ayo bernyanyi." Hyuk Jae mulai gelisah karna HaRa belum juga mau menyanyi. Hyuk Jae juga melihat Donghae yang sudah sangat tidak bisa menahan emosinya lagi.
"Kau ini memang benar bisu?! Kalo kau tidak mau mengeluarkan suaramu, lalu untuk apa kau bilang akan mencobanya hari ini? Hah?!!" Bentak Donghae.
"HaRa, kumohon bernyanyilah." Pinta Hyuk Jae dengan lemas.
HaRa mulai memegang mike, memejamkan matanya dan menarik nafas panjang. "HaRa beranikan dirimu!" Ucap HaRa dalam hatinya.
"HaRa akan mulai bernyanyi. Baiklah kita mulai." Kata Hyuk Jae dengan riangnya.
HaRa mulai bernyanyi.
“Nan meomunda (Meomunda) Nan meomunda (Meomunda) Saranghaettdeon gieogdeurinareul gajigo nonda Dasi han beon one more time Ireohge ggeutnandani mideulsuga eomneun galyo Gojag ijeongdoro [Kyuhyun] (Geu su manhattdeonyagsogdeureun) eoddeohge eoddeohge...”
"Wuahhhhhhh. HaRa suaramu bagus sekali!" Puji Hyuk Jae sambil bertepuk tangan riang.
HaRa hanya tersenyum simpul.
"Kau bernyanyi seakan-seakan telah latihan lama dengan kami. Kau hebat HaRa. Benarkan Donghae?" Hyuk Jae menyenggol pelan lengan Donghae.
"Kita latihan sekali lagi." Ucap Donghae tanpa menggubris Hyuk Jae.
Urin kyumo-do chego skill-do chegomwodeunji chego animyeon andwae Super Junior-neun wonrae maen jaman ppajinireum hamyeo himsen tori Superman.
Ponsel Hyuk Jae berdering tanda telepon.
 "Ah tunggu ya, ibuku menelepon." Ucap Hyuk Jae lalu mengangkat telepon.
"...baiklah, aku akan segera pulang." Hyuk Jae selesai bertelepon.
"Ada apa?" Tanya Donghae.
"Ibu menyuruhku menjemput ayah di kantor." Jawab Hyuk Jae.
"Pergilah. Hati-hati di luar hujan sangat deras."
"Okey. Besok kita berlatih lagi. HaRa aku pulang duluan." Hyuk Jae pamit lalu pergi.

Kini tinggal HaRa dan Donghae di dalam studio.
"Tunggulah sampai hujan reda baru kau pulang." Ucap Donghae.
HaRa mengangguk pelan.
"Kenapa kau selalu memakai jaket? Entah musim apapun itu. Kau seperti orang yang sakit-sakitan." Donghae asal bicara.
"Aku suka memakai jaket." Jawab HaRa.
"Oh ya, lagu itu kau ciptakan untuk siapa?"
"Bukan untuk siapa-siapa."
"Tapi mengapa liriknya begitu menyedihkan. Aku yakin kau membuat lagu itu tidak asal membuat. Apa itu pengalaman pribadi?" Donghae masih penasaran.
"Kau tidak perlu tau."
"Ish kau ini! Mengapa kau hanya menjawab seperlunya saja? Bagaimana bisa kau mendapatkan teman kalau seperti ini terus?" Tanya Donghae dengan kesal.
HaRa hanya diam, tidak menggubris lontaran Donghae.
"HaRa, apa kau tidak kesepian? Kuperhatikan kau selalu diam dan tidakmempunyai teman. Apa kau tidak jenuh? Kau tidak akan bicara jika tidak diajak bicara." Donghae sengaja terus bertanya. Donghae ingin bicara banyak pada HaRa.
"Aku sudah terbiasa. Kesepian dan kejenuhan sudah menjadi temanku." Jawab HaRa.
"Kenapa tidak memulai berbaur dan bersosialisasi?"
"Aku lebih suka sendiri."
"Kenapa?" Donghae masih dihantui rasa penasarannya.
"Cukup ayah dan ibuku yang menjadi temanku."
"Kalau begitu ayo kita berteman?" Ajak Donghae.
"Kau akan menyesal Donghae. Hujan sudah reda, aku pulang duluan." HaRa mengambil tasnya lalu beranjak pulang.
"HaRa tunggu. Apa maksudmu menyesal?" Donghae menahan tangan HaRa.
HaRa hanya tersenyum lalu melepas tangan Donghae yang menahan lengannya, kemudian ia pergi.
"HaRa, apa maksudmu? Mengapa kau sangat misterius?" Tanya Donghae pada dirinya sendiri.

****

Sambil menunggu Donghae dan Hyuk Jae yang sedang mencari buku di perpustakan. HaRa mendengarkan musik dari ponselnya sambil memandangi layar ponselnya. Ya HaRa memandangi foto Donghae, yang diam-diam dia simpan diponselnya. Sebentar saja HaRa memandangi foto Donghae, dia takut tiba-tiba ada yang melihat.
"Gadis kanker sepertiku harusnya tidak boleh jatuh cinta. Tuhan,kumohon bantu aku." HaRa bicara pada dirinya sendiri.
"HaRa?" Tiba-tiba Hyuk Jae datang.
HaRa dengan cepat menghapus air matanya.
"HaRa kau menangis? Kenapa?" Tanya Hyuk Jae.
"Ayo pergi ke studio, langit sudah semakin gelap." HaRa tidak menjawab pertanyaan Hyuk Jae.
"Kita tunggu Donghae dulu. Ah kemana dia? Tadi setelah mendapatkan buku, ia pergi begitu saja."
"Ayo kita pergi." Ajak Donghae yang tiba-tiba datang.
"Kau kemana saja?" Tanya Hyuk Jae.
"Ada urusan tadi. Ayo berangkat." Jawab Donghae.
HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae pun pergi ke studio Donghae.
Sesampainya di studio, HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae beristirahat sebentar lalu memulai latihan.
Ditengah-tengah saat HaRa bernyanyi, HaRa tiba-tiba diam, HaRa mengusap hidungnya yang keluar darah.
"HaRa, hidungmu keluar darah." Pekik Hyuk Jae. "HaRa ada apa denganmu? Kau sakit?" Tanya Hyuk Jae khawatir.
"Aku sepertinya kelelahan, aku pulang saja. Maaf. Besok kita latihan lagi." HaRa mengambil tasnya lalu berlari pergi.
"Ada apa dengannya?" Tanya Donghae.
"Aku tidak tau." Jawab Hyuk Jae lemas.
Donghae diam memikirkan apa yang terjadi pada HaRa.
"Sepertinya ia mempunyai beban berat. Tadi kulihat dia menangis ditaman. Aku tanya dia tidak menjawabnya. Aku ingin sekali menjadi sandarannya, aku kasihan padanya. Terlihat bahwa dia gadis yang baik, tapi sayangnya sangat tertutup." Ujar Hyuk Jae sedih.
"Hyuk Jae?"
"Apa?"
"Kau menyukai HaRa?" Tanya Donghae.
"Aku menyukainya sebagai teman." Jawab Hyuk Jae.
"Oh."
"Kenapa? Apa kau menyukainya?" Hyuk Jae balik bertanya.
"Tidak apa-apa. Ayo pulang!"

****

Seminggu ini HaRa tidak sekolah dan latihan,
Donghae dan Hyuk Jae terus menghubungi HaRa namun ponselnya tidak aktif terus.
"Bagaimana ini? Seminggu lagi kita akan tampil." Keluh Hyuk Jae sambil mencoba menghubungi HaRa.
"Ayo temui bu HyunRa." Ajak Donghae.
"Untuk apa?" Tanya Hyuk Jae
"Tanyakan alamat HaRa." Jawab Donghae.
"Ah benar. Ayoooo!"
Donghae dan Hyuk Jae menemui HyunRa yang sedang di ruang guru.
"Permisi bu." Donghae dan Hyuk Jae memberi salam.
"Ada apa?" Tanya HyunRa.
"HaRa tidak masuk seminggu bu. Sedangkan olimpiade seminggu lagi." Jawab Hyuk Jae.
"Orang tuanya bilang HaRa sedang sakit." Kata HyunRa.
"Beri kami alamat HaRa. Kami akan ke sana bu, memastikan keadaannya." Kata Donghae.
HyunRa mengangguk iya, dan menuliskan alamat HaRa.
"Trimakasih bu. Kami permisi."

****

“Kau yakin ini rumahnya?" Tanya Hyuk Jae.
“Tentu, ini alamatnya sudah sama persis." Jawab Donghae.
"Permisi. Permisi." Donghae dan Hyuk Jae mengetuk pintu rumah.
Seorang wanita paruh baya keluar dengan membawa tas, terlihat ia ingin pergi.
"Anneyong." Sapa Donghae dan Hyuk Jae.
"Iya. Kalian siapa?" Tanya wanita itu.
"Apa ini rumah HaRa? Kami temannya." Jawab Donghae.
"Oh, aku ibunya. HaRa masih di rumah sakit. Kalian mau ikut?" Tanya HanRin yaitu ibunya HaRa.
"Ya kami ikut, kami mau bicara pada HaRa." Jawab Hyuk Jae.
Mereka pun pergi ke rumah sakit. Saat perjalanan Donghae dan Hyuk Jaebercakap-cakap pada ibu HaRa.
"Kalau boleh tau, HaRa sakit apa bi?" Tanya Donghae.
"Hanya terlalu lelah." Jawab ibu HaRa.
Ibu HaRa tidak memberi tau sebenarnya, karna HaRa lebih dulu mencegah ibunya bicara tentang sakitnya, jika ada yang bertanya.
Sesampainya di rumah sakit. Terlihat HaRa sedang melamun.
"HaRa, ibu bersama temanmu." Ucap ibu HaRa.
HaRa cukup terkejut karna Donghae dan Hyuk Jae datang.
"Hai HaRa." Sapa Hyuk Jae.
"Ibu keluar menemui dokter dulu." Ucap ibu HaRa lalu pergi.
"HaRa kau sebenarnya kenapa?" Tanya Donghae.
"Aku baik-baik saja. Kalian pulanglah." Jawab HaRa.
"Kapan kau sembuh HaRa? Seminggu lagi kita akan tampil." Tanya Hyuk Jae.
"Besok aku akan latihan. Kalian boleh pulang sekarang." Jawab HaRa.
"Yasudahlah. Cepat sembuh HaRa. Sampai jumpa besok. Salam pada ibumu ya." Kata Hyuk Jae lalu menarik tangan Donghae agar keluar.
"Dia tidak menghargai kita yang sudah datang ke sini." Ucap Donghae.
"Dia butuh istirahat. Ayolah pulang." Hyuk Jae menyeret Donghae.

****

"HaRa, apa benar kau tidak apa-apa? Kau masih sangat pucat HaRa." Tanya Hyuk Jae yang cemas melihat HaRa.
 "Aku baik-baik saja, ayo mulai." Jawab HaRa. Mereka pun memulai latihan mereka dengan sungguh-sungguh.
Latihan sudah berjalan lumayan lama. HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae berlatih dengan baik.
"Aku optimis kita bisa menang." Seru Hyuk Jae dengan riangnya setelah selesai latihan.
HaRa tersenyum senang.
"HaRa, kau menutupi sesuatu dari kami?" Tanya Donghae.
"Tidak ada." Jawab HaRa.
"Sebenarnya kau sakit apa HaRa?" Donghae masih terus menyelidik.
"Aku baik-baik saja. Ini hanya penyakit kecil. Aku hanya demam." Jawab HaRa.
"Ah Donghae jangan terus mencurigai HaRa." Kata Hyuk Jae.
"Ini sudah hampir malam. Ibu dan Ayahku pasti khawatir kalau aku belum pulang juga. Baiklah aku pulang dulu ya." HaRa berpamitan.
"Okey, hati-hati HaRa." Ucap Hyuk Jae sambil melambaikan tangannya.
HaRa pergi, sengaja untuk menghindari pertanyaan Donghae.
"Dia akan baik-baik saja." Ucap Hyuk Jae sambil menepuk punggung Donghae pelan.
Donghae hanya diam, masih memikirkan sesuatu yang tidak beres.

****

Hari ini, hari terakhir HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae latihan, namun HaRa belum juga kunjung datang. Donghae terus menghubungi HaRa namun tidak dijawab. Sampai akhirnya HaRa mengangkat telepon Donghae.
Donghae : kau dimana? Mengapa baru mengangkat telepon?
HaRa : maaf, aku tidak bisa datang latihan terakhir. Aku akan berusaha menampilkan yang terbaik besok. Siapkan yang terbaik. Hwaiting!
Donghae : HaRa.. Hallo HaRa!
HaRa sudah mematikan telepon.

"Apa katanya?" Tanya Hyuk Jae.
"Dia tidak bisa datang." Jawab Donghae.
"Kenapa?"
"Dia langsung mematikan telepon."
"Ada apa dengannya ya? Yasudah, kita siapkan yang semampu kita."

****

Hari ini hari dimana olimpiade diadakan.
"Kumohon biarkan aku mengikuti ini. Tolong untuk permintaan terakhirku." Pinta HaRa pada Dokter, Ibu dan Ayahnya.
"Tidak mungkin kau pergi dengan keadaan seperti ini HaRa." Ucap Ibu HaRa.
"Aku tau sekarang aku sudah tidak bisa melihat lagi. Aku tau hari ini pertama kalinya aku buta, karna penyakit ini. Tapi kumohon biarkan aku membuat kalian bangga. Donghae dan Hyuk Jae, mereka sangat membutuhkan ku saat ini. Kumohon, kumohon untuk terakhirnya." HaRa terus memohon sambil menangis.
"Bawalah HaRa pergi mengikuti olimpiade itu." Ucap Dokter pada ibu dan ayah HaRa.
"Trimakasih, sekali lagi trimakasih." Dengan senang HaRa mengucapkan trimakasih.
Ibu HaRa membantu HaRa untuk mengganti baju dan merapikan HaRa agar terlihat cantik.
Akhirnya mereka pergi ke sekolah untuk membawa HaRa mengikuti lomba.
Sesampainya di sekolah Donghae dan Hyuk Jae terkejut karna HaRa duduk dikursi roda.
"HaRa apa yang terjadi?" Tanya Donghae.
"Aku baik-baik saja." Jawab HaRa.
"Tapi HaRa.." Perkataan Hyuk Jae terpotong.
"Kita harus lakukan yang terbaik." HaRa memotong perkataan HyukJae.
"Okey. Oh ya. HaRa lihat apa aku terlihat tampan mengenakan jas ini?" Tanya Hyuk Jae.
HaRa diam sejenak, kemudian mengangguk dan tersenyum.
Donghae yang menyadari sedari tadi, bahwa HaRa terus menatap ke depan, dan tidak menatap mereka saat sedang bicara padanya.
"HaRa, ada apa dengan matamu?" Tanya Donghae.
"Mataku? Tentu baik-baik saja." Jawab HaRa.
"Jangan berbohong HaRa!"
"Kau menyadarinya Donghae? Kau menyadari aku buta?"
Donghae dan Hyuk Jae benar-benar lemas mendengar apa yang HaRa katakan.
"Tidak mungkin HaRa!" Donghae berteriak tak menerima.
“Kita panggilkan peserta dari sekolah SMA SJ Art School. Shin HaRa, LeeDonghae, Lee Hyuk Jae." Terdengar pembawa acara memanggil nama mereka.
"Ayo kita ke atas panggung. Sebelumnya ayo kita berdoa." Ucap HaRa.
Mereka pun berdoa dan langsung ke atas panggung. HaRa dibantu Donghae dan Hyuk Jae ke atas panggung.
"Selamat siang. Trimakasih untuk Tuhan karna masih memberikan kami nafas kehidupan. Dan trimakasih atas semua yang sudah datang. Mungkin ini terakhir kali aku bisa bernyanyi. Dan aku harap kalian menikmati lagu yang berjudul Daydream." Ujar HaRa sebelum bernyanyi. Dan dimulai lah HaRa bernyanyi.
DAYDREAM

Gwireul maggo geudaereul deureobonda
Du nuneul gamgo geudaereul geryeobonda
Geudaen heulleogattneunde geudaenjinagattneund
Imi jabhil su jochado eomneun gieogsogeseo
Nan meomunda (Meomunda) Nan meomunda(Meomunda)
Saranghaettdeon gieogdeuri nareulgajigo nond
 Dasi han beon one more time
Ireohge ggeutnandani mideul sugaeomneun galyo
Gojag ijeongdoro (Geu su manhattdeonyagsogdeureun) eoddeohge eoddeohge....

HaRa terus bernyanyi sampai akhir dipenghujung lagu.
Selesai HaRa bernyanyi semua penonton bertepuk tangan dengan meriahnya.
"Trimakasih banyak." Kata HaRa.
HaRa, Donghae dan Hyuk Jae turun dari panggung.
"Penutupan yang sangat menganggumkan." Puji pembawa acara.
HaRa, Donghae, dan Hyuk Jae dengan sabar menunggu pemenangnya.
Donghae menatap HaRa sangat dalam. "Tuhan, apa yang terjadi pada HaRa? Kumohon berilah yang terbaik bagi kami." Kata Donghae dalam hati.
"...dan pemenangnya adalah Shin HaRa, Lee Donghae, Lee Hyuk Jae dari SMA SJ Art School. Kita sambut mereka dengan meriah." Ujar pembawa acara begitu semangatnya.
"Kita menang. Oh Tuhan kita menang HaRa, Donghae." Ucap Hyuk Jaesangat senang.
HaRa, Donghae dan Hyuk Jae naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan.
"Trimakasih untuk Tuhan dan dukungan semua orang. Kami mencintai kalian." Kata Hyuk Jae dengan senangnya.
"Bisa diceritakan tentang lagu Daydream ini?" Tanya pembawa acara.
"Karna bukan aku atau Hyuk Jae yang menciptakannya, melainkan HaRa. Biarkan HaRa yang menjelaskan." Jawab Donghae.
"Sebelum menjawab pertanyaan, boleh aku mengatakan beberapa kata? "Tanya HaRa.
"Tentu. Silahkan." Jawab pembawa acara.
"Aku tidak akan pernah berhenti bersyukur pada Tuhan karna telah memberikan semua ini. Aku bisa merasakan kebahagiaan di antara kalian semua, walaupun aku tidak bisa melihat. Aku ingin mengucapkan trimakasih untuk Ibu dan Ayahku yang dengan tulus merawat aku, dan dengan tabahnya merawat putri yang mengidam penyakit kanker otak seperti aku. Ibu, Ayah ingatlah hari ini menjadi hari yang terindah sebelum aku pergi. Maaf aku tidak bisa, hidup lebih lama dengan kalian..." Ujar HaRa, namun belum selesai terpotong.
"HaRa, berhenti mengatakan ini semua!" Ucap Donghae penuh dengan kesedihan di hatinya.
Hyuk Jae menahan Donghae agar membiarkan HaRa selesai bicara.
"Trimakasih untuk Donghae dan Hyuk Jae yang sudah sangat bekerja keras membantuku. Lagu ini aku ciptakan untuk seseorang yang kucintai. Aku mencintainya semenjak dari kelas 1 SMA. Aku terus menyadari diriku bahwa aku tidak boleh jatuh cinta. Lagu ini menyatakan bahwa aku hanya bisa mencintainya di dalam mimpi. Sungguh, aku ingin sekali mempunyai umur lebih lama lagi. Merasakan apa itu saling mencintai. Kelak nanti akan menikah, mempunyai anak,membuat orang tuaku sangat bahagia. Tapi aku tersadar, bahwa ini adalah takdir. Takdir yang tidak mungkin bisa ku ubah. Tapi satu yang aku tau, Tuhan pastiakan menjaga dan memberikan kebahagiaan pada mereka yang aku cintai." Ujar HaRa dengan air matanya yang jatuh deras.
Donghae dan Hyuk Jae tidak bisa menahan kesedihan mereka, dan meneteskan airmata.
"HaRa, hentikan. Ayo kita turun." Ajak Donghae dengan lembutnya.
"Aku harus mengatakan ini, karna belum tentu hari esok masih kumiliki.Hyuk Jae, trimakasih kau sangat sabar dengan sikap aneh dan pendiamku. Kau tau? Kau satu-satunya yang ku anggap teman saat ini." Ujar HaRa.
"Kau juga sudah ku anggap teman terbaikku HaRa." Jawab Hyuk Jae.
"Lee Donghae. Kau pernah menanyakan untuk siapa lagu itu kan? Kau tau? Kau lah alasanku untuk membuat lagu itu. Kau seseorang yang kucintai. Awalnya aku sangat takut mengatakan ini, tapi aku ingin kau tau untuk terakhir kalinya.Maaf, karna aku mencintaimu. Kumohon maafkan..." Belum selesai HaRa bicara,HaRa tidak sadarkan diri.
Dengan cepat Donghae menggendong HaRa untuk ke rumah sakit.

****

"HaRa, kumohon bangun. HaRa, kau harus tau aku juga mencintaimuHaRa." Ucap Donghae sambil menangis perih.
Ayah HaRa sengaja mengajak Ibu HaRa dan Hyuk Jae keluar, membiarkan Donghae berdua dengan HaRa.
"HaRa maafkan aku HaRa, kumohon sadarlah."
"Donghae" HaRa tersadar.
"HaRa kau sudah sadar?" Donghae membelai rambut HaRa yang tersisa sedikit.
"Donghae, maaf karna aku mencintaimu." Ucap HaRa dengan lemah.
"HaRa, kau tau? Hari ini aku berencana mengatakan cinta padamu. HaRaaku sangat mencintaimu HaRa. Kumohon tetaplah hidup bersamaku."
"Kau tidak boleh mencintaiku Donghae, tidak boleh." Kata HaRa sambil menangis.
"Kenapa? Aku mencintaimu, dan aku tidak akan pernah menyesal HaRa."
"Kau akan terluka Donghae."
"Karna apa? Untuk apa aku terluka? Kau akan selalu di sisiku HaRa. Aku sangat mencintaimu HaRa."
"Kalau kau mencintaiku, saat aku pergi kau harus tersenyum dan merelakanku. Tersenyum seperti ini." HaRa memberikan senyumnya.
"HaRa kau harus hidup HaRa." Donghae memegang erat tangan HaRa.
"Aku tidak bisa menahan sakitnya lagi, kalau kau mencintaiku harusnya kau tidak mau melihatku terus sakit. Jadi kau harus berjanji tersenyum saat akupergi."
"HaRa..."
"Aku mau meminta sesuatu padamu. Nyanyikanlah Daydream untuk terakhir kalinya untukku." Pinta HaRa.
"Aku akan terus menyanyikannya untukmu HaRa."
"Duduklah di sampingku." HaRa memukul pelan kasur agar Donghae duduk di sampingnya.
Dengan perlahan HaRa duduk, dan Donghae duduk di sampingnya sambil memegang tangan HaRa erat. "Kita nyanyi bersama ya." Kata Donghae sambilmencium puncak kepala HaRa.
HaRa mengangguk pelan dan tersenyum.
"Gwireul maggo geudaereul deureobonda Du nuneul gamgo geudaereulgeryeobonda Geudaen heulleogattneunde geudaen jinagattneunde Imi jabhil sujochado eomneun gieog sogeseo
Nan meomunda (Meomunda) Nan meomunda (Meomunda) Saranghaettdeon gieogdeurinareul gajigo nonda Dasi han beon one more time.."
Terasa genggaman HaRa sudah tidak menggenggam tangan Donghae, HaRa juga berhenti bernyanyi. Namun Donghae terus bernyanyi sambil menangis."Ireohge ggeutnandani mideul suga eomneun galyo Gojag ijeongdoro (Geu sumanhattdeon yagsogdeureun) eoddeohge eoddeohge."
"HaRa, ayo kita bernyanyi lagi." Pinta Donghae
Donghae berpura-pura tidak tau bahwa HaRa sudah tiada.
"HaRa, kumohon nyanyilah bersamaku lagi HaRa. Hiburlah aku saat iniHaRa. HaRa jawab aku HaRa!"  Donghae berteriak histeris sambil menangis.
Donghae memeluk HaRa yang sudah tidak bernafas lagi. “HaRa aku akan tersenyum, aku akan tersenyum menepati janjiku. Aku mencintaimu HaRa. Sangat mencintaimu.”

****

Inilah akhir dari penderitaan HaRa. Berat memang menerima kepergiannya, karna aku terlanjur sangat mencintainya. Jika, boleh kuputar kembali waktu.Bahkan untuk sedetikpun tidak akan pernah ku sia-siakan waktuku bersamanya.HaRa... Dia memang sudah tiada lagi, tapi kenangan, senyum indahnya dan semua tentangnya, selamanya akan terkenangan dan terukir dalam hatiku. - Lee Donghae

END…

Ini bener gak sih? Apa gak bisa untuk dihentiin?

Ini gue rasa ada yang gak beres sama perasaan yang harusnya gak dateng.
Si 3 tahun yang dulu gue suka, perlahan udah hampir pudar dari perasaan gue. Dan sekarang ketika gue udah bisa dikatakan berhasil MOVE ON, ada seseorang yang hadir tanpa diundang! Awalnya sih iseng karna kagum atas kelihaiannya ya, tapi ini berhasil bikin sesuatu yang gak biasa. Oh Tuhannnnnnnnnnnnn what is God's plan for me? Please don't let me wait without certainty.
Ini bener gak sih? Apa gak bisa dihentiin perasaan gue?
Kali ini gue biarin let it flow!
Perasaan gue ini bisa disamain kaya lagu Afgan yang gini nih "kau jauh mengapa terasa begitu jauh? padahal kau ada di depan ku, tersenyum kepadaku tapi tetap terasa jauhhhhhhhhhhhhhh."
Gue hargai perasaan ini karna emang gue cewe yang berhak suka sama cowo. Gue harap nasib gue gak kaya pengharapan 3 tahun kemarin.
Ini akan berkahir indah pada waktunya apapun yang terjadi ke depannya.
True love is without the reason!

Monday, July 15, 2013

Berhenti berharap kali ya?-_-

4 tahun dari awal suka dia, bisa dibilang kaya manusia bodoh sih-_- gue ngerasa dia jauh banget, padahal ada di depan gue. Kenapa gue bilang dia serasa jauh? Karna kita bisa ada di jarak dekat tapi gak akrab, dan bisa dibilang kaya orang yang cuma tau nama.
Gue ngerasa ini gak ada ujungnya, entahlah harus berapa lama lagi nyimpen rasa ini sendiri. Gue mencoba untuk let it flow and let unrequited love tapi tetep aja percuma.
Mungkin harus dimulai dari sekarang kali ya? Kaya lagu Afgan "Jika aku bukan jalanmu, ku berhenti mengharapkanmu, Jika aku memang tercipta untukmu. Ku kan memilikimu, jodoh pasti bertemu~"
Gak mungkin kan bayang-bayang dia terus menghantui gue? Jadi mau gak mau gue harus mulai berhenti berharap. Harus!
Susah sih emang iya, tapi gue tau percis kalo Tuhan gak bakal biarin gue sendiri.
Okey goodbyee to the past. welcome to the future.

Wednesday, January 9, 2013

"Jesus Take The Wheel"


She was driving last Friday on her way to Cincinnati
On a snow white Christmas Eve
Going home to see her Mama and her Daddy with the baby in the backseat
Fifty miles to go and she was running low on faith and gasoline
It'd been a long hard year
She had a lot on her mind and she didn't pay attention
she was going way too fast
Before she knew it she was spinning on a thin black sheet of glass
She saw both their lives flash before her eyes
She didn't even have time to cry
She was so scared
She threw her hands up in the air

Jesus take the wheel
Take it from my hands
Cause I can't do this on my own
I'm letting go
So give me one more chance
To save me from this road I'm on
Jesus take the wheel

It was still getting colder when she made it to the shoulder
And the car came to a stop
She cried when she saw that baby in the backseat sleeping like a rock
And for the first time in a long time
She bowed her head to pray
She said I'm sorry for the way
I've been living my life
I know I've got to change
So from now on tonight

Jesus take the wheel
Take it from my hands
Cause I can't do this on my own
I'm letting go
So give me one more chance
To save me from this road I'm on
Jesus take the wheel

Oh I'm letting go
So give me one more chance
Save me from this road I'm on
From this road I'm on
Jesus take the wheel
Oh take it take it from me
Oh

Monday, January 7, 2013

Perkenalkan nama saya Ayu Lestari Marbun Lb, ya soal panggilan terserah mereka.
Untuk saat ini saya seorang pelajar yang ingin sukses menggapai impian. Helloooooooo semua pelajar juga rata-rata punya keinginan kaya gue kan ya?! Okeh abaikan~
Kalo orang liat dari penampilan luar gue, pasti mereka ngira gue gak asik dan tampang galak. Banyak lah yang ngomong kalo awal pertama liat gue itu sombong.
Makanya guys, girls, semuanya lah yah! Don't judge the book from the cover men!!!!
Gue itu sayang banget sama keluarga gue. Mama, bapak, ka darma, ka lidiya. Keluarga kecil yang sangat amat gue cinta setelah Tuhan yang pastinya.
Setelah bapak pergi ke rumah Tuhan, gue liat betapa luar biasanya perjuangan mama gue, dan gue bertekad kalo gue harus bahagian mama walaupun gue bukan orang yang pinter banget, tapi kalo gue berdoa dan usaha NOTHING IMPOSSIBLE kan?
Kalo ngomongin cita-cita gue pengen banget jadi guru b.inggris atau yang bergulut dengan dunia b.inggris, walaupun gue masih gak jelas banget soal b.inggris tapi gue terus usaha walau harus tertatih karna emang gue suka pake banget sama nih pelajaran, dan gue usaha banget pengen bisa b.inggris biar nikah sama buleeeee! ini salah satu tujuan utama gue, secara kan memperbaiki keturunan. HAHAHAHA. Selain jadi guru b.inggris, gue juga pengen jadi penyanyi. Gue suka nyanyi dari kecil, ya gak jelek-jelek banget sih suara gue, tapi kalo dibandingin sama Mariah Carey itu ke jomplang abis! Ya gue berharap dari salah satu cita-cita gue ini bisa terkabul, tapi over all semua cuma Tuhan yang punya rencana buat gue di masa depan. Yang penting gue bisa nyenengin hati Tuhan dan keluarga gue dan negara tercinta gue ini.

Kalo ngomongin soal negara, mungkin kalo di liat dari sisi sepintas gue dikira gak cinta tanah kelahiran sendiri. Kenapa? Kalo anda-anda liat hp saya, haha dijamin tentang indonesia cuma 10%. Musik gue lebih suka mancanegara sama korea, film atau drama juga. Tapi bukan berarti gue gak cinta tanah air kan?
Gue rasa negara ini cukup indah, ya tapi orang-orangnya aja yang gak jaga negara yang bagus ini. Gue gak usah terlalu banyak ngomong, gue rasa elo elo juga udah punya pemikiran yang sama kaya gue.

Nah gue itu juga ngefan banget sama Super Junior, Justin Bieber, sama Big Bang
tapi bukan berarti gue cuma tau artis mereka doang. Namun gue memutuskan menjadi ELF, BELIEBER, V.I.P karna emang menurut gue mereka keceeeee!
Ya banyak juga yang suka mereka selain gue. Apa lagi temen-temen gue yang pada maniak banget sama SJ.
Kalo soal ngomongin temen, gue gak punya sahabat. Tau kenapa? Karna gue belum bisa dapetin sahabat yang bener-bener sahabat. Ya jadi gue masi nganggep temen-temen gue ya temen.
Kalo ngomongin solidaritas beh gak usah ditanya dah!
Gue salah satu temen yang solit, tapi jujur kalo soal pelajaran yang susah payah gue kerjain kadang gue gak bisa solit. Kasian aja sama diri gue yang cape-cape mikir tapi alhasil nilai bakal sama kaya yang lain.

Aku juga sangat amat mencintai Tuhan Yesus yang dahsyat luar biasa. Kalo dijelaskan dengan kata-kata tentu gak akan bisa terjelaskan betapa aku cinta Tuhan Yesus, dan trimakasih banyak Allah Bapaku yang sudah mengirimkan Dia menjadi Juruslamat ke dunia ini. Selamanya dan sampai mati akan selamanya menjadi anak Tuhan. Semoga cita-citaku bertemu dengan Tuhan dan bersamaNya di surga terjadi saat hari terakhir datang.

And okay and that I can only be who I am, and forever will never be anyone else Always strive to be the best for God, family, and people around me.
God bless u all.

Sign of peaceV